PENDAHULUAN
Latar Belakang
Mikroorganisme
adalah mikroba atau organisme yang berukuran sangat kecil sehingga untuk
mengamatinya diperlukan alat pembesar. Mikroorganisme seringkali bersel tunggal
meskipun beberapa protista bersel tunggal masih dapat terlihat oleh mata
telanjang dan ada beberapa spesies multisel yang tidak dapat terlihat oleh mata
telanjang. Mikroorganisme biasanya dianggap mencakup semua prokariota, protista
dan alga renik. Fungi terutama yang berukuran kecil dan tidak membentuk hifa,
dapat pula dianggap sebagai bagiannya meskipun banyak yang tidak menyepakatinya (Tria, 2012).
Penghitungan jumlah bakteri hidup
terbagi atas dua, yaitu secara (tidak langsung) Misalnya perhitungan
pengurangan jumlah substrat dan secara langsung. Penghitungan mikroba secara
langsung antara lain:
1. Plate Count
(hitungan cawan)
Plate
count atau viable count didasarkan pada asumsi bahwa setiap sel
mikroorganisme hidup dalam suspensi akan tumbuh menjadi satu koloni setelah
ditumbuhkan dalam media pertumbuhan dan lingkungan yang sesuai. Setelah diinkubasi, jumlah koloni yang
tumbuh dihitung dan merupakan perkiraan atau dugaan dari jumlah mikroorganisme
dalam suspensi tersebut (Mikapin,
2012).
2. Turbidimetri
Turbidimetri
merupakan metode yang cepat untuk menghitung jumlah bakteri dalam suatu
larutan menggunakan spektrofotometer.
Bakteri menyerap cahaya sebanding dengan volume total sel (ditentukan oleh
ukuran dan jumlah). Ketika mikroba
bertambah jumlahnya atau semakin besar ukurannya dalam biakan cair, terjadi
peningkatan kekeruhan dalam biakan. Kekeruhan dapat disebut optical
density (absorbsi cahaya, biasanya diukur pada panjang gelombang 520 nm – 700
nm). Untuk mikroba tertentu, kurva standar dapat memperlihatkan jumlah
organisme/ml (ditentukan dengan metode hitungan cawan) hingga pengukuran
optical density (ditentukan dengan spektrofotometer) (Mikapin,
2012).
3. Hemasitometer
Hemasitometer
adalah metode perhitungan secara mikroskopis. Ruang hitung terdiri dari 9 kotak
besar dengan luas 1 mm². Satu kotak besar di tengah, dibagi menjadi 25 kotak
sedang dengan panjang 0,05 mm. Satu kotak sedang dibagi lagi menjadi 16 kotak
kecil. Dengan demikian satu kotak besar tersebut berisi 400 kotak kecil. Tebal
dari ruang hitung ini adalah 0,1 mm. Sel bakteri yang tersuspensi akan memenuhi
volume ruang hitung tersebut sehingga jumlah bakteri per satuan volume dapat
diketahui (Mikapin,
2012).
Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah adalah untuk melakukan perhitungan
spora dengan menggunakan alat haemacytometer.
TINJAUAN
PUSTAKA
Hemasitometer
adalah suatu alat yang dapat digunakan untuk melakukan perhitungan sel secara
cepat dan dapat digunakan untuk konsentrasi sel yang rendah. Bentuknya terdiri dari 2 counting chamber dan tiap chamber-nya memiliki garis-garis mikroskopis
pada permukaan kaca. Luas
total dari chamber adalah 9
mm2. Chamber tersebut nantinya
akan ditutup dengan coverslip
dengan ketinggian 0.1 mm di atas chamber
floor (Rio,
2012).
Spora tumbuhan yang berkembang biak
dengan spora antara lain paku, jamur, ganggang dan suplir. Spora terdapat pada
daun tumbuhan bagian belakang, berbentuk serbuk dan disimpan di dalam kotak
spora yang disebut sporangium.
Jamur merupakan tumbuhan yang berkembang biak dengan spora. Kita tahu jamur tidak pernah berbunga apalagi berbiji, sebab biji baru ada apabila ada bunga yang dapat dibuahi dengan cara penyerbukan. Bentuk spora serupa dengan biji, namun bentuknya sangat kecil sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Spora dapat dilihat dengan bantuan alat yang disebut dengan mikroskop. Spora ini berasal dari sel yang berubah fungsi menjadi alat perkembangbiakan. Perkembangbiakan pada jamur yang tumbuh liar di kebun terjadi pada saat spora jatuh ke tanah yang lembab dan subur. Spora yang jatuh tersebut berubah menjadi alat perkembangbiakan dan mengisap makanan, sampai akhirnya tumbuh menjadi tumbuhan jamur yang baru (Mikapin, 2012).
Jamur merupakan tumbuhan yang berkembang biak dengan spora. Kita tahu jamur tidak pernah berbunga apalagi berbiji, sebab biji baru ada apabila ada bunga yang dapat dibuahi dengan cara penyerbukan. Bentuk spora serupa dengan biji, namun bentuknya sangat kecil sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Spora dapat dilihat dengan bantuan alat yang disebut dengan mikroskop. Spora ini berasal dari sel yang berubah fungsi menjadi alat perkembangbiakan. Perkembangbiakan pada jamur yang tumbuh liar di kebun terjadi pada saat spora jatuh ke tanah yang lembab dan subur. Spora yang jatuh tersebut berubah menjadi alat perkembangbiakan dan mengisap makanan, sampai akhirnya tumbuh menjadi tumbuhan jamur yang baru (Mikapin, 2012).
Haemocytometer
adalah perangkat awalnya dirancang untuk penghitungan sel darah. Sekarang juga
digunakan untuk menghitung jenis sel serta partikel mikroskopis lainnya.
Hemositometer ini ditemukan oleh Louis-Charles Malassez dan terdiri dari tebal
kaca slide
mikroskop dengan lekukan persegi panjang yang
menciptakan sebuah kamar. Ruang
ini diukir dengan laser-terukir grid garis tegak lurus. Perangkat ini dibuat
dengan hati-hati sehingga daerah yang dibatasi oleh garis diketahui, dan
kedalaman ruang ini juga diketahui. Oleh karena itu mungkin untuk menghitung
jumlah sel atau partikel dalam volume tertentu cairan, dan dengan demikian
menghitung konsentrasi sel dalam cairan secara keseluruhan (Mikapin,
2012).
Prinsip dari perhitungan
Petroff-Hauser yaitu melakukan perhitungan dengan pertolongan kotak-kotak
skala, di mana dalam setiap ukuran skala seluas 1 mm2 terdapat 25
buah kotak besar dengan luas 0,04 mm2, dan setiap kotak besar
terdiri dari 16 kotak kecil. Alat haemocytometer digunakan di bawah
mikroskop, sisinya mempunyai ukuran 0,05 mm. Sedangkan satu kotak sedang
berukuran nilai 0,2 mm. Dan tebal nya adalah 0,1 mm. Jumlah sel per
ml sampel dapat dihitung sebagai berikut:
Jumlah sel dalam 25 kotak besar = Jumlah sel per kotak
besar × 25 kotak
Jumlah sel per mm3 sampel = Jumlah sel dalam
25 kotak besar × (1/0,02)
Jumlah sel per ml sampel = Jumlah sel per mm3
sampel × 103 = Jumlah sel per kotak besar × 25
kotak× (1/0.02)x 10^3
Jumlah sel per ml sampel = Jumlah sel per kotak
besar × 25 kotak × 50 × 103
Jumlah sel per mL sampel = jumlah sel
per kotak besar x 1,25 x 106
Misalnya : didapatkan jumlah mikroba
yang mau dihitung 12 sel mikroba, maka jumlah sel per ml sampel adalah: 12 ×
1,25 × 106 = 1,5 × 107 (Mikapin,
2012).
Biasanya sebelum mikroorganisme diperiksa perlu diencerkan, jika kepadatan
tinggi sel akan membuat tidak mungkin menghitung. Kebutuhan untuk pengenceran
adalah kerugian, karena setiap pengenceran menambahkan ketidakakuratan untuk
pengukuran. Keuntungan
metode ini adalah menjadi murah dan
cepat, membuat metode perhitungan ini
yang lebih disukai dalam percobaan biologis cepat dalam yang perlu hanya
ditentukan apakah kultur sel telah tumbuh seperti yang diharapkan (Rio, 2012).
Haemocytometer Neubour memiliki
kelemahan dan kelebihan dalam penggunaannya dalam proses perhitungan bakteri
secara langsug. Kelebihannnya antara lain ialah cepat dalam menghasilkan data
dan tak perlu menunggu lama, serta datanya atau jumlah selnya langsung didapat
pada saat itu juga setelah menghitung menggunakan rumusnya dan menghemat biaya.
Sedangkan kelemahannya ialah tidak dapat membedakan antara sel yang mati dengan
yang hidup karena perhitungannya secara keseluruhan dan data yang dihasilkan
tidak akurat karena setiap pengamat memiliki mata yang berbeda-beda dan
terdapat keterbatasan dalam melihat serta menghitung sel yang ada dalam kamar
Haemocytometer Neubour. Sebaiknya menggunakan alat yang lebih canggih lagi
dalam perhitungan jumlah sel karena setiap peralatan elektronik memilki
kesensitifan yang tinggi dibandingkan dengan mata manusia, seperti alat
particle count (Alex, 2013).
BAHAN DAN METODE
Bahan
dan Alat
Bahan
Bahan
yang digunakan adalah alkohol, pathogen cendawan dan aquades.
Alat
Alat yang digunakan adalah haemachytometer, mikroskop, vortex, tabung reaksi,
gelas beker dan jarum ent.
Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilaksanakan
di laboratorium
Fitopatologi Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru. Pada
hari Kamis tanggal 5
Desember 2013 pukul 10.00-12.00 Wita.
Prosedur
Kerja
1.
Siapkan alat dan bahan yang akan
digunakan.
2.
Membersihkan alat haemachytometer dengan
tissue yang sudah diberi alkohol.
3.
Setelah itu haemachytometer ditutup
dengan cover glass yang sudah dibersihkan.
4.
Lakukan pengenceran dengan tabung reaksi
106.
5.
Masukkan air aquades kedalam botol yang
berisi pathogen cendawan kemudian digoyang-goyang dengan jarum ent agar spora
terangkat.
6.
Mengisi tabung reaksi dengan 1 ml
larutan pathogen cendawan yang sudah terisi 9 ml air aquades sebelumnya.
7.
Kemudian divortex selama 15-30 detik
agar memisahkan atau memecah spora, lakukan terus hingga pada tabung 106.
8.
Mengambil 1 ml larutan dari tabung
reaksi pengenceran pada tabung ke 106 dengan menggunakan pipet isap.
9.
Meneteskan larutan tadi pada alat
haemachytometer ±1 tetes.
10. Amati
dengan menggunakan mikroskop hitung berapa jumlah sel dalam satu kotak.
11. Gunakan
rumus :
Jumlah sel per
ml sampel = jumlah sel per kotak
besar x 1,25 x 106.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Hasil
Hasil dari praktikum yang telah
dilakukan adalah:
Tabel 1. Pengamatan
Spora Dengan Haemachytometer
No.
|
Gambar
|
Keterangan
|
Pathogen cendawan
|
||
Memasukkan air pada isolat cendawan
|
||
Mengoyangkan pathogen agar homogen dengan air dan
spora terangkat
|
||
Mengambil 1 ml larutan (isolat cendawan)
|
Tabel 1.Lanjutan
Melakukan pengenceran
|
||
Menghomogenkan dengan menggunakan vortex
|
||
Mengambil larutan setelah pengenceran
|
||
Meneteskan pada cover glass haemachytometer
|
||
Amati dengan mikroskop
|
Pembahasan
Penghitungan konsentrasi sel
pada heamacytometer ini bergantung pada
volume
dibawah coverslip. Pada chamber
terdapat 9 kotak besar berukuran 1 mm2 dan kotak-kotak kecil, di mana satu
kotak besar sama dengan 25 kotak kecil sehingga satu kotak besar tersebut
memiliki volume sebesar 0.0001 ml. Adapun
kotak yang paling kecil berfungsi untuk mempermudah perhitungan sel. Kelebihan
perhitungan sel dengan menggunakan haemacytometer adalah dapat
menghitung jumlah sel yang hidup
maupun yang mati,
tergantung dari pewarna yang digunakan. Misalnya, bila pewarna trypan blue
dicampukan ke dalam larutan sel maka sel yang hidup tidak akan berwarna dan sel
yang mati akan berwarna biru. Kelebihan lainnya adalah morfologi
sel dapat diamati, dapat mengevaluasi homogenitas
dan data mendeteksi kontaminasi
Pada
praktikum sebelum mikroorganisme diperiksa perlu diencerkan, jika kepadatan
tinggi sel akan membuat tidak mungkin menghitung. Kebutuhan untuk pengenceran
adalah kerugian, karena setiap pengenceran menambahkan ketidakakuratan untuk
pengukuran. Keuntungan
metode ini adalah menjadi murah dan
cepat, membuat metode perhitungan ini
yang lebih disukai dalam percobaan biologis cepat dalam yang perlu hanya
ditentukan apakah kultur sel telah tumbuh seperti yang diharapkan, setelah melakukan pengenceran maka teteskan larutan
spora cendawan pada slide glass yang berada pada haemachytometer setelah itu
lakukan pengamatan dengan menngunakan mikroskop dan kemudian lakukan
perhitungan spora cendawan.
Melakukan
perhitungan spora cendawan
dengan pertolongan kotak-kotak skala, di mana dalam setiap ukuran skala seluas
1 mm2 terdapat 25 buah kotak besar dengan luas 0,04 mm2,
dan setiap kotak besar terdiri dari 16 kotak kecil. alat haemacytometer digunakan
di bawah mikroskop. Sisinya mempunyai ukuran 0,05 mm. sedangkan satu kotak
sedang berukuran nilai 0,2 mm. dan tebalnya adalah 0,1 mm. Jumlah sel per mL
dapat di hitung sebagai berikut :
Jumlah sel dalam
25 kotak besar = jumlah sel per kotak besar x 25 kotak
Jumlah sel per
mm3 sampel = jumlah sel dalam 25 kotak besar x (1/0,02)
Jumlah sel per
ml sampel = jumlah sel
per mm3 sampel x 103
= jumlah sel per
kotak besar x 25 kotak x (1/0,02) x 10^3
Jumlah sel per mL sampel = jumlah sel
per kotak besar x 1,25 x 106
Dari hasil praktikum yang telah
dilakukan didapat bahwa jumlah sel per kotak besar adalah adalah 10 sel, yang diamati pada
mikroskop, jadi perhitungannya adalah :
Jumlah sel per mL sampel = 10 x 1,25 x 106
= 12,5 x 106
=
1,25 x 107
= 12.500.000
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari praktikum yang
telah dilakukan adalah sebagai berikut:
1.
Haemacytometer adalah suatu alat yang dapat
digunakan untuk melakukan perhitungan sel secara cepat dan dapat digunakan
untuk konsentrasi sel yang rendah.
2.
Penghitungan konsentrasi sel
pada haemacytometer ini bergantung pada volume
dibawah coverslip. Pada chamber
terdapat 9 kotak besar berukuran 1 mm2 dan kotak-kotak kecil, di mana satu
kotak besar sama dengan 25 kotak kecil sehingga satu kotak besar tersebut
memiliki volume sebesar 0.0001 ml.
3.
Kelebihan perhitungan sel dengan menggunakan
haemacytometer adalah dapat menghitung jumlah sel yang hidup
maupun yang mati,
tergantung dari pewarna yang digunakan.
4.
Dari hasil praktikum yang telah
dilakukan didapat bahwa jumlah sel per kotak besar adalah adalah 10 sel, yang
diamati pada mikroskop, jadi total perhitungannya adalah 1,25 x 107
atau 12.500.000.
DAFTAR
PUSTAKA
Alex.
2013. Laporan
perhitungan Mikroba.
http://Alexchemistry.blogspot.com
Diakses pada tanggal 6 Desember 2013.
Mikapin .2012. Tes
Jurnal Praktikum Mikrobiolgi Jilid VI (Penghitungan Jumlah Mikroba Dengan Ruang
Hitung). Artikel Teknis Kimia.
Rio, Sapni.
2012. Langkah Metode Couning Cell. http://idwikipedia.org/wiki/ Langkah Metoder Couning Cell html. Diakses
pada tanggal 6 Desember
2013.
Tria Ardi Puspa Laga. 2012. Laporan
Praktikum Mikrobiologi Menghitung Jumlah
Sel. Laboratorium Ilmu Hama Dan Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian.
Universitas Bengkulu.
HAEMACHYTOMETER
(Laporan Praktikum Mikrobiologi)
Oleh :
DEWI PURNIKA
E1A212035
Kelompok IV
PROGRAM STUDI
AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2013
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR
ISI............................................................................................................... i
DAFTAR
TABEL ....................................................................................................... ii
PENDAHULUAN
...................................................................................................... 1
...... Latar Belakang...................................................................................................... 1
...... Tujuan.................................................................................................................... 2
TINJAUAN
PUSTAKA ............................................................................................. 3
BAHAN
DAN METODE .......................................................................................... 6
Bahan
dan Alat ..................................................................................................... 6
Bahan............................................................................................................. 6
Alat
................................................................................................................ 6
Waktu
dan Tempat ............................................................................................... 6
Prosedur
Kerja....................................................................................................... 6
HASIL
DAN PEMBAHASAN...................................................................... ......... 8
Hasil........................................................................................................... ......... 8
Pembahasan............................................................................................... .........
10
KESIMPULAN.........................................................................................................
12
DAFTAR
PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1.
Pengamatan Spora Dengan
Haemachytometer…………………………… 8
Selamat Malam Mba Dewi.
BalasHapusArtikelnya sangat bagus sekali.
kebetulan saya sedang penelitian mengenai jamur Aspergillus Niger dan menggunakan metode penghitungan Haemachytometer, oleh karena itu saya sangat butuh refrensi.
Kalau tidak keberatan saya boleh minta kirimin soft xopy dari artikel diatas ke email saya samuelpt2@yahoo.com.
atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih.
Best Regards
Samuel